Published Rabu, Mei 16, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Kepada Pria Baik, Benarkah Kau Jatuh Cinta?

Kepada pria baik,

Halo pria baik, ini adalah suratku yang pertama dan mungkin juga yang terakhir untukmu. Bukan, bukan berarti aku tak ingin lagi berinteraksi denganmu. Hanya saja belakangan ini semua terbaca terlalu aneh di mataku. Gerak-gerikmu, isyarat yang kau selipkan di setiap statusmu, dan bagaimana kau mencari kesempatan hanya untuk bertanya 'apa aku baik-baik saja?'
Semuanya terlalu berlebihan untuk disebut normal menurutku.

Wahai pria baik, benarkah kau jatuh cinta?
Padaku? Dengan seorang perempuan seperti ini? Kadang aku bertanya pada pertemuan manakah kau mulai jatuh cinta jika benar seperti itu? Apakah saat aku memakai baju terbaikku? Atau saat jilbabku sedang rapi-rapinya? Atau dalam suatu ketika dimana aku sedang mengoceh dan kau menjadi pendengarnya?
Kuberitahu, mungkin yang saat itu kau lihat adalah aku dengan sisi-sisi baikku. Sisi burukku tentu lebih banyak daripada yang kau tahu. Aku adalah perempuan yang punya kepala sekeras batu, mudah panik dan labil, tentu saja tidak mudah mengendalikan seseorang seperti aku. Bukan, aku bukan tengah menjelekkan diri sendiri. Tapi sedang memeringatimu. Sanggupkah kau bertahan dengan wanita sepertiku?
Itulah sebabnya, kau pun harus berpikir baik-baik sebelum memutuskan jatuh pada hati seseorang.

Jika memang benar kau jatuh cinta.
Simpanlah cinta itu baik-baik. Masukkan mereka dalam kotak kaca. Kau tahu, terkadang cinta bisa jadi seperti bunga. Jika kau beri pupuk dengan baik maka ia akan tumbuh dengan indah, mekar ketika sudah waktunya. Tapi jika kau beri pupuk berlebihan maka mereka akan tumbuh tak karuan, akarnya mungkin akan membelit, durinya bisa melukai dan aromanya membuatmu kehilangan dirimu sendiri. Kau tahu kan, sesuatu yang berlebihan tak pernah baik. Jadi taruh saja mereka di sudut rumah atau di tempat yang sulit kau temukan, di bawah tempat tidur misalnya. Tentu saja sesekali kau boleh mengunjungi mereka, bertanya kabar dan bertegur sapa. Tapi hanya sekadar begitu saja.

Bukan, bukan berarti kau buruk. Atau berarti aku baik. Hanya saja setiap perasaan perlu pertanggungjawaban. Dan kita bertanggungjawab penuh pada apa yang kita izinkan masuk, tumbuh, dan berkembang di hati kita. Aku tak mau memberatkanmu di hadapan Tuhan. Karena cinta yang baik seharusnya membuat semakin dekat dengan Yang Maha Cinta, bukan malah menjauhi dan melanggar perintah-Nya.
Maaf. Maaf untuk semua kesalahan dan semua yang mungkin kau salah artikan. Dan maaf untuk pesan-pesanmu yang tidak pernah aku balas.
Lupakan aku.

* * *

Jodoh itu cerminan dirimu sendiri, percayalah jika jodohmu sekarang tengah melakukan hal yang sama dengan dirimu. Maka, jangan repotkan dirimu dengan cinta yang belum saatnya, pada perasaan yang hanya akan menyusahkan dirimu sendiri, pada pengharapan yang kau buat-buat sendiri.

Bagi perempuan baik-baik, ketika ada seorang laki-laki yang mulai menunjukkan rasa sukanya tapi tidak siap dengan komitmen itu seperti tamparan keras, karena mereka kerap merasa gagal menjaga hijab dengan baik. Maka jangan sukai mereka dengan cara yang tidak baik, jemputlah mereka secara baik-baik. Jika kau belum mampu, maka terus perbaiki diri dan bersabarlah...


Dari, seorang gadis yang ingin menjadi perempuan baik-baik.
Dan tulisan ini saya repost dari linimasa milik Mba Elis;
yang sepertinya juga ia repost dari tumblr milik seseorang;
yang sudah saya tambahkan beberapa agar seperti 'aku'.