Published Senin, Mei 07, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Hari yang Sungguh Luar Biasa

Di mulai dari Sabtu yang panjang, aku baru terlelap selepas shubuh karena terlalu asyik menonton.

Aku terbangun di minggu pagi, sekitar jam setengah 8. Rasanya kalau tidak ingat bahwa aku memiliki janji dengan seorang teman, aku ingin kembali melanjutkan tidurku, menghabiskan seharian waktuku di kamar kosan. Tapi, karena sudah terlalu banyak janji yang aku ucapkan, yang mengakibatkan timbulnya banyak wacana (hehe), akhirnya aku pun memaksakan diri untuk bangkit dari kasur dan bersiap-siap untuk pergi.

Perjalanan dari kosanku ke rumah kos temanku itu cukup jauh, membutuhkan waktu yang lama jika menggunakan busway. Harus transit dan berpindah halte dari barat ke timur, atau sebaliknya ya? Aku lupa. Intinya, aku baru sampai di rumah kos temanku itu sekitar pukul sebelas kurang sedikit. Ya, jalanan ibu kota saat itu sangat ramai dan menimbulkan kemacetan dimana-mana, membuatku sedikit--mungkin lebih tepatnya banyak--capek dan mulas. Untung saja aku masih diberikan kesabaran, jadi aku tidak perlu capek-capek menggerutu dan sangat menikmati perjalananku itu.

Namun, karena begitu beratnya perjalanan, sesampainya di kosan temanku itu aku pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan temanku asyik dengan gadgetnya, memainkan sebuah game online yang aku lupa namanya. Lucu sekali, karena internet di kosan yang mati sehingga ia harus menggunakan paket data yang ternyata sinyalnya hilang-timbul, membuatnya harus disconnect beberapa kali. Dan memang ya, kalau orang lagi main game itu tidak akan bisa diganggu. Dia memang mengajakku berbicara, tapi respon dia lambat dan tidak nyambung sama sekali. Terlebih karena dia harus berkali-kali berteriak dan menggerutu karena internetnya yang putus-nyambung. Namun, mungkin karena teman satu timnya merupakan pemain yang pro, mereka berdua pun tetap menang meskipun temanku itu hanya menembak dua musuh dari belasan musuh yang ada.

Cukup lama aku menunggu ia selesai bermain, sampai hampir jam dua belas, sebelum akhirnya ia bersiap-siap untuk berangkat. Saat itu, kami memutuskan untuk pergi ke salah satu mall terdekat--CP, dan berangkat ke sana menggunakan busway karena begitu dekatnya jarak dari kos ke CP. Hanya saja sepertinya busway ke arah sana memang sedikit sekali, sehingga kami harus menunggu sekitar lima belas menit untuk naik busway yang ternyata hanya dinaiki dengan waktu kurang dari lima menit. Dan sesampainya di CP, kami pun langsung menuju ke mushola di lantai bawah untuk melaksanakan sholat Dhuhur.

Setelah selesai sholat Dhuhur, rupanya kami sama-sama kelaparan karena belum sempat sarapan. Kebetulan mushola dengan tempat makan hanya berjarak satu lantai, sehingga kami pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Cukup lama kami berkeliling, dari ujung ke ujung untuk memilih-milih makanan karena hampir sebagian besar tempat makan di situ tidak mencantumkan logo halal. Hampir setengah jam kami berkeliling, sebelum akhirnya kami pun memutuskan untuk makan di sebuah restoran korea yang tidak begitu besar, yang mencantumkan keterangan halalnya di depan pintu. Tapi sepertinya aku salah memesan makanan ya, karena makananku itu agak sedikit pedas, membuat perutku agaknya sedikit bergejolak, hiks. Padahal beberapa bulan ini aku sudah tidak pernah makan pedas lagi karena sesuatu hal.

Dan seiring berjalannya waktu, setelah selesai mengisi perut, kami berdua pun beranjak ke lantai paling atas untuk memesan tiket salah satu film yang baru rilis minggu kemarin. Ada sedikit waktu sebelum film itu dimulai, sehingga setelahnya kami memutuskan untuk berkeliling sejenak, memasuki satu per satu toko baju yang ada di CP. Tidak terhitung berapa banyaknya toko yang kami masuki, mungkin hampir semuanya, meskipun hanya sekedar melihat-lihat. Tapi mungkin karena bajunya yang memang terbilang cukup bagus, temanku itu pun akhirnya mendapatkan dua potong kaos dari petualangan masuk-keluar-masuk-keluar toko-toko baju itu. Sedangkan aku hanya menjadi penasihat yang membantu dalam pemilihan kaos-kaos yang sebenarnya hanya berbeda pada tulisannya saja, namun sukses membuat temanku itu menjadi sedikit labil.

Setelah selesai berpetualang, kami pun langsung menuju ke lantai atas untuk menonton film. Saat itu bioskopnya tidak begitu ramai, sehingga studio kami hanya terisi 5 baris dari belakang, menyisakan enam-tujuh baris kosong di depannya. Dan aku akui, film yang aku tonton ini lumayan bagus, meskipun sebenarnya aku tidak begitu menyukai genre film tersebut. Namun, sepertinya aku terlalu lelah ya. Padahal aku menonton di bioskop termahal dan di hari minggu, tapi aku sempat tertidur sekitar lima belas sampai dua puluh menit di tengah-tengah film (wkwk). Agak sedikit ketinggalan jalan ceritanya sih, tapi rasa kantuk itu memang benar-benar tidak bisa ditahan :') Dan kami berdua menonton film itu sampai waktu dekat-dekat maghrib.

Awalnya setelah menonton, kami berdua sudah berniat untuk pulang. Namun, karena temanku yang lain ingin menyusul, dan memang kami bertiga sudah lama sekali tidak pernah bertemu, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang lebih malam lagi, menghabiskan waktu sampai sekitar jam sembilan malam untuk membicarakan banyak hal, dari yang penting sampai tidak penting. Hal yang paling kami sering bicarakan saat itu adalah soal pekerjaan. Dan karena yang satu adalah Quality Assurance dan yang lainnya adalah Bussiness Analyst, sehingga aku pun menjadi lebih banyak diam dalam obrolan itu, sibuk sendiri dengan sepiring makanan yang rupanya terus terasa tidak habis-habis meskipun terus dimakan. Ya, aku memang paling banyak diam, namun aku juga yang paling terakhir menghabiskan makanan itu.

Setelah puas mengobrol ria, kami pun berpisah. Sebenarnya bisa saja aku langsung naik busway ke arah kuningan, yang kemudian dilanjutkan dengan busway ke arah ragunan. Namun, karena aku ingin mengambil helm yang masih tersimpan di kamar kos temanku itu, akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi ke rumah kos temanku dulu sebelum pulang. Ya, helm yang selama ini aku pakai adalah helm lama, yang berkaca pelangi dan sudah agak rusak di sana-sini, sehingga terkadang aku kesusahan ketika mengendarai motor di malam hari; dalam perjalanan dari kantor ke rumah kos. Aku merasa serba salah gitu, yang harus menutup kaca agar tidak kelilipan, namun juga harus sesekali membukanya agar bisa melihat jalanan dengan jelas. Maka dari itu aku pun memaksakan diri untuk mengambil helmku yang satunya--yang kacanya bening dan masih sangat layak untuk digunakan.

Namun, rupanya saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, dan busway sepertinya sudah mulai jarang. Terlebih busway koridor 6 tujuan kuningan ke ragunan hanya beroperasi sampai jam sebelas malam, sehingga aku sempat ragu antara tetap pulang menggunakan busway seperti rencana awal, atau beranjak untuk memesan ojek online saja. Dan setelah lima menit berpikir, akhirnya aku pun memutuskan untuk memesan ojek online, menghindari berjalan sendirian dari ragunan ke rumah kos pada malam hari. Tapi, rupanya sebuah masalah pun dimulai...

Entah ponselku yang error, atau memang aplikasi ojek online itu yang memang sedang error, pesanan pertamaku harus dibatalkan karena adanya kesalahan pada orderanku. Rupanya posisi beliau sangat jauh dari rumah kos temanku, sehingga beliau pun menelepon dan memintaku untuk membatalkan pesanannya, yang membuatku harus memesan kembali. Cukup lama sampai akhirnya pesananku diterima. Namun, ternyata drama ojek online itu belum berakhir. Setelah sekitar hampir setengah jam, sampai aku sempat tiga kali bolak-balik ke kamar mandi, rupanya driver yang menerima pesananku itu tidak juga kunjung datang atau menghubungi. Karena penasaran dan memang posisi driver yang tidak juga terlihat berubah, akhirnya aku pun memutuskan untuk meneleponnya. Namun, entah mengapa aku mendengar suara bapak driver-nya, namun beliau tidak bisa mendengar suaraku. Hingga akhirnya aku pun mematikan sambungan telepon itu dan sebuah pesan pun masuk ke ponselku.

"Mas, tidak ada orderan di hp saya, mas!"
Astaghfirullah.. Sudah dipanggil mas, pakai tanda seru pula :')

Rasanya aku ingin menangis saat itu. Ini sudah hampir jam setengah sebelas malam, tapi aku belum juga menemukan driver yang benar. Dan karena berpikir adanya kemungkinan aplikasinya yang memang sedang bermasalah, akhirnya aku pun memutuskan untuk beralih ke perusahaan yang lain. Dan Alhamdulillah, rupanya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan driver baru. Seharusnya dari awal aku memesan di sini saja ya, hiks. Dan Alhamdulillahnya lagi, driver-nya juga sangat baik; sangat menghargai dan menghormatiku, karena memang saat itu aku sedang menggunakan gamis dan jilbab yang lumayan lebar. Masya Allah...

Oh iya, sebelum pulang, temanku itu sempat memintaku untuk mengaktifkan fitur live location agar ia bisa memantauku. Mungkin ia agak khawatir denganku, karena memang saat itu sudah cukup malam. Terlebih, beberapa bulan yang lalu, aku sempat pulang kemalaman juga setelah sebelumnya sempat bermain berdua dengan dia seperti hari ini, dan mendapatkan driver yang tidak begitu hafal jalanan ibu kota sehingga kami harus nyasar dan membutuhkan waktu hampir dua jam lamanya untuk sampai di rumah kosku, hiks.

Tapi Alhamdulillah, akhirnya aku pun sampai di kamar kosku tepat pukul sebelas lebih lima menit. Ya, hari ini aku main selama lebih dari dua belas jam :')


Jakarta, 7 Mei 2018; 01.20
Cerita ini memang tidak ada hikmah dan faedahnya;
dan ditulis karena aku hanya ingin bercerita :')