Published Selasa, Juni 26, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Surat Untuk Kamu Di Masa Depan

Dear Mas,
beberapa hari belakangan ini Jakarta lagi sering hujan. Biasanya kalau paginya langitnya terang, seringnya sorenya akan hujan deras. Atau begitu juga sebaliknya. Bahkan dua hari belakangan ini aku lagi bolak-balik kehujanan, Mas. Belum sampai flu (semoga tidak), tapi sudah sedikit merasa satu-dua kali menggigil di penghujung malam. Tapi semoganya sih tidak akan sakit. Doakan saja ya, Mas. Eh iya ngomong-ngomong, kalau Mas sendiri, cuaca di kotamu sekarang bagaimana keadaannya? Apa sedang hujan juga, sekadar mendung, atau justru langitnya terang-benderang? Tapi bagaimanapun cuaca di sana, semoga kebaikan selalu tercurah kepadamu, dan semoga Mas senantiasa berada dalam lindunganNya, ya. Jangan sampai sakit, Mas. Dan kalaupun tidak sedang sakit, tetap jangan sampai lupa untuk terus bersyukur atas nikmat sehat yang telah Allah kasih, ya.

Dear Mas,
sebenarnya agak lucu juga sih kalau dipikir-pikir. Aku bahkan belum bertemu denganmu, juga belum tahu bagaimana rupa dan perangaimu, tapi aku justru sudah membuat surat ini untukmu. Dan nulis ini sebenarnya tujuanku cuma ingin membagikan sedikitnya keinginanku, sih. Iya, membagikan apa-apa yang selama ini pernah berputar-putar di otakku kepadamu, Imam masa depanku. Seseorang yang Insya Allah nantinya akan menjadi pendamping hidupku. Mungkin satu-dua hal akan terbaca seperti sedang menuntut sesuatu. Dan tiga-empat-lebih hal lainnya akan terdengar seperti celotehan-celotehan keinginanku akan sesuatu. Tapi hal-hal yang begini kalau ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan pendapatmu selanjutnya bisa kita bahas berdua kok. Tentunya dengan pembahasan yang lebih dalam dan lebih rahasia. Kan yang surat ini, cuma pembukanya aja. Jadi mungkin bisa dianggap seperti aku sedang bercerita seperti biasa saja kepadamu, Mas.

Dear Mas,
sebelum aku bercerita, mungkin alangkah baiknya jika aku meminta maaf terlebih dahulu kepadamu atas beberapa hal yang pernah aku lakukan di masa lalu. Karena bisa saja ketika nanti akhirnya kita dipertemukan, atau ketika aku menyodorkan isi surat ini langsung kepadamu, ternyata aku belum sepenuhnya bisa menjadi perempuan yang sesuai dengan harapanmu. Aku benar-benar minta maaf, Mas. Mungkin terbilang cukup terlambat, tetapi aku saat ini memang masih sedang berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku masih banyak kurangnya. Dan mungkin saat Mas mulai ingin mengenalku dan mencoba untuk mencari tahu tentangku dari sosial mediaku, akan ada sisa-sisa hal-hal terdahulu dari kehidupanku yang belum sempurna menguap. Mungkin Mas akan melihat beberapa kenakalanku di masa lalu, atau cerita-ceritaku dengan teman lelakiku. Tapi sungguh, asal Mas tahu, saat ini aku benar-benar sedang berusaha untuk menghapus setidaknya 99% dari kisah hidupku dengan beberapa orang sebelum kamu. Iya, aku memang belum bisa menjanjikan kesempurnaan 100% itu, tapi kalau boleh aku meminta, aku ingin Mas justru menganggap bahwa mereka tidak lebih dari sekadar seorang teman yang sempat memberikanku pelajaran serta moral hidup. Kan akunya juga sudah berusaha, Mas :"

Dear Mas,
awalnya aku memang ingin bercerita. Bahkan aku sudah sampai men-list semua hal yang ingin aku ceritakan kepadamu. Tapi sewaktu aku sedang menyusun kalimat-kalimat itu, tiba-tiba aku jadi bersin-bersin terus. Sebenarnya nggak nyambung sih, tapi pas lagi bersin-bersin begitu aku malahan jadi berpikiran kalau hal-hal yang begini justru lebih romantis kalau hanya Mas dan aku saja yang tahu. Iya nggak, sih? Hehe. Tapi biar kesannya nggak kayak php, aku bakal tetap menceritakan beberapa hal yang mungkin memang seharusnya aku ceritakan di sini saja. Soalnya kalau diceritakan langsung itu akunya malu, dan jadi kurang kece, hehe. Maafkan aku ya Mas, aku emang masih labil begini. Tapi soal mengarungi bahtera rumah tangga denganmu, pastinya aku sudah tahu batasan-batasan akan kedewasaan yang seharusnya dipersiapkan kok, Mas. Insya Allah.

Dear Mas,
aku itu orangnya pendiam. Sangat pendiam. Makanya jadi tidak begitu suka jika harus menjadi perhatian publik. Jadi kalau nanti aku ada salah atau bersikap menyebalkan kepadamu, tolong tegur saja, tapi tidak di depan orang banyak, ya? Tegur saja pelan-pelan secara sembunyi-sembunyi, atau langsung peluk saja aku, hehe. Tapi tetap sembunyi-sembunyi, jangan di depan orang banyak. Dan nanti kalau misalkan kita sedang berada di dalam situasi yang serius, tentunya kamu tetap boleh kok mengajakku untuk berdiskusi panjang atas apa-apa yang menjadi kesalahanku atau sifat-sifat burukku. Terus selain itu, aku juga tidak begitu suka berfoto, apalagi selfie. Foto-fotoku yang begitu tuh bisa dihitung jari, jadi jangan sering-sering mengajakku untuk berfoto, ya? Kalau kamu mau, kamu boleh mengambil fotoku secara sembunyi-sembunyi saja. Kan jadinya juga terlihat lebih romantis bukan? Hehe.

Dan untuk beberapa hal yang lain, mungkin aku mau meminta maaf soal kemungkinan timbulnya sikapku yang terkadang moody-an, seperti misalnya ketika aku sedang pms. Tapi kalau aku sudah mulai kelihatan begitu, tolong tanya saja, ya. Dan kalau misalkan setelah ditanya akunya justru malah jadi semakin tidak mood, mungkin dengan membelikanku es krim atau buku bacaan yang aku suka bisa membuat suasana hatiku kembali normal. Sebenarnya aku juga bukan seorang perempuan yang mudah marah sih, tapi suatu ketika aku memang bisa jadi terlalu sensitif dan mudah ngambek. Apalagi asal Mas tahu, terkadang (atau seringnya) perempuan itu lebih menyukai laki-laki yang bisa membaca pikiran dan situasi. Jadi kalau laki-lakinya kurang peka, itu bisa menjadi masalah tersendiri bagi perempuan. Tapi aku percaya kok, lama kelamaan Mas pasti mengerti, bahwa perempuan itu lebih menyukai aksi yang spontanitas dan tidak suka ditanya. Hmm, perempuan itu sangat susah untuk dimengerti ya, Mas? Hehe. Maaf ya, Mas. Tapi untuk hal-hal yang begini, Insya Allah aku juga akan terus belajar dan berusaha untuk meredam ego dan mengelola suasana hati dengan sebaik mungkin. Bantu aku ya, Mas.

Dear Mas,
soal kesukaanku akan dunia tulis-menulis, travelling, mimpiku soal memiliki perpustakaan pribadi di rumah, bahkan sampai bagaimana nantinya kita mendidik anak, biarlah nanti kita bahas berdua saja, ya? Rasanya aku mulai mengantuk, dan biar hal-hal itu jadi rahasia kita berdua saja. Lagipula kalaupun aku tulis semuanya di sini, nantinya saat kita bertemu juga Mas bakalan minta dijelaskan ulang dengan penjelasan yang lebih rinci, kan? Makanya biar sekalian saja nanti aku ngejelasinnya, hehe. Jadi untuk sekarang, persiapkan dirimu saja terlebih dahulu ya. Bukan hanya soal pernikahan, tetapi juga soal kematian. Karena kita tidak akan pernah tahu jodoh mana yang akan menjemput kita terlebih dahulu. Apakah soal pernikahan, atau justru soal kematian. Jadi, jangan pernah letih untuk terus memperbaiki diri dan kembali meluruskan apa yang menjadi niatan kita untuk beribadah, ya?

Dan kalaupun nantinya kita diberi rezeki untuk bisa menyempurnakan separuh agama ini, aku harap pertemuan kita nantinya dilalui dengan cara yang baik-baik, juga dengan proses yang baik-baik.

Jangan sampai kita membiarkan syaitan mencampuri urusan kita ya, Mas :)


Dari, perempuan yang ingin diusahakan oleh kamu dengan cara yang baik-baik
Mulai ditulis pada tanggal 19 Mei 2018, dan baru terselesaikan pada tanggal 26 Juni 2018
Alhamdulillah akhirnya selesai :"