Published Senin, Juni 04, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Ikan Salmon dan Hiu Kecil

"Jadi bagaimana tadi? Sudah bicara dengan Ibu Retnonya?"

"Bu Retno memberi waktu 3 hari untuk memikirkan lagi, Dad."

"Hoo.. I see.. Tapi kalau memang mau ke univ swasta X, Dad rasa tidak perlu memikirkan lagi, iya kan?"

"Dad... I just realized (aku baru sadar) kalau Sastra Inggris juga bukan minatku... Tapi keputusan untuk pindah, I think I'll do it (kurasa akan tetap kulakukan). Even if I (meski aku) pindah lagi ke jurusan yang bukan berdasarkan minat, setidaknya di jurusan itu bisa lebih dikuasai dibanding farmasi. Kalau seperti itu, tetap tak apa-apa kan Daddy?"

"Charlotte..."

"Yes, Dad?"

"Kamu tahu tidak cerita tentang ikan salmon dan hiu kecil? Orang-orang meyakini bahwa ikan salmon yang masih hidup lebih enak diolah untuk masakan Jepang? Karena itu para nelayan Jepang berusaha membuat ikan salmon yang ditangkap agar tetap hidup selama perjalanan menuju pantai. Tetapi ikan salmon yang dimasukkan ke kolam buatan banyak yang mati karena terkurung dalam satu tempat hingga kurang bergerak. Pada percobaan kedua, para nelayan mencoba memasukkan hiu kecil ke dalam kolam ikan salmon. Ternyata hasilnya bikin kaget para nelayan. Semua ikan salmon jadi aktif bergerak karena terus melarikan diri dari kejaran sang hiu kecil. Berkat hiu kecil, jumlah ikan salmon yang mati jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya. Pesan moral yang bisa diambil dari kisah ikan salmon dan hiu kecil tadi... 'diam' membuat mati, dan 'bergerak' membuat hidup. Orang biasanya 'diam' ketika tak ada masalah atau saat berada di zona aman. Untuk 'bergerak', yang kamu butuhkan adalah masalah dan tekanan."

"I did good, right? (Yang kulakukan sudah benar, kan?) I 'move' on from the old to the new university (Aku 'bergerak' dari univ lama ke univ baru)."

"Kamu bergerak untuk menuju zona aman. Benar kan, Charlotte?"

"...."

"Kamu berpikir farmasi bukan minatmu karena itu kamu mencari jurusan lain yang menurutmu lebih bisa kamu kuasai. Menurut Dad, itu lebih seperti melarikan diri. Tapi lain ceritanya kalau Sastra Inggris itu benar minatmu sesungguhnya."

"...."

"Sweetheart, bagaimana kalau kamu coba menghadapi masalahmu? Menghadapi 'hiu' kecilmu? Tetapi ini adalah hidupmu. Silahkan putuskan jalan mana yang ingin kamu tempuh."

***

Kisah di atas merupakan cuplikan dari salah satu webtoon berjudul "We Are Pharmacists" yang secara tidak sengaja saya temukan saat sedang mengisi waktu luang di atas lajunya kereta api Kamis kemarin. Cerita yang digambarkan di dalam webtoon ini sebenarnya sederhana, hanya sebatas kehidupan perkuliahan anak-anak D3 Farmasi. Namun, rupanya creator-nya cukup ahli dalam mengemas jalan cerita dan karakter masing-masing tokohnya sehingga ketika membacanya, secara tidak langsung kita akan seperti sedang diajarkan sebuah pelajaran hidup tanpa bermaksud menggurui.

Dan ya, tentu saja webtoon ini pun langsung jadi favorit saya. Sebenarnya masih banyak cuplikan-cuplikan lain yang ingin saya tulis. Tapi karena sayanya masih lagi keasyikan baca dan belum mau flashback-flashback gitu (apalah bahasanya flashback wkwk), jadinya nanti saja lah ya, hehe. Tapi akan lebih baik lagi jika kalian langsung membacanya sendiri, biar pesannya terasa lebih ngena.


#WeArePharmacists Episode 49-50