Published Rabu, Juni 06, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Berhijab Tapi Omongannya Kok Kasar Banget, Sih?

"Lactosa-nya kenapa dihabisin?! Jangan nyusahin orang, dong!"

"Tapi kan bisa diisi lagi."

"Diiitthh!! Sudah kubilang kalo udah kelar dipake, balikin lagi bahan obatnya ke rak!!"

"Ya kan tinggal ambil di mejaku."

"Mana kami tahu itu adanya di mejamu, bego!! Nyemplung sana ke sungai musi!"

"Lev, kamu berhijab tapi kelakuan sama omongan kok kasar banget, sih? Yang bener dong!"

(Ekspektasi Radith, Levy bakal ngomong kayak gini) "Nggak usah ngurusin orang, deh! Mau dilemparin lagi, hah?!" 

(Kenyataannya, Levy malah murung~ Dan ini pertama kali lihat Levy murung)

"Eh? Dia murung?!"

"Radith..."

"I-iya?!" (Refleks hormat)

"Aku berhijab, bukan berarti telah memiliki akhlak yang sempurna. Aku hanya ingin menutup satu pintu dosa yang biasa dilakukan wanita. Banyak yang bilang untuk berhijab setelah punya akhlak yang sempurna. Tapi ukuran sempurna itu yang seperti apa? Sebatas apa? Kupikir, kalau terus berkutat dengan itu, selamanya aku takkan berhijab. Makanya kuputuskan untuk berhijab sembari memperbaiki semua kekuranganku secara perlahan, agar menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi, atas perkataan dan perlakuan kasar yang kuperbuat, aku mohon maaf. Aku permisi."

"...."

Kemudian, Levy terus saja mendiamkan Radith...

***

Mohon disikapi dengan bijak ya kalimat yang saya cetak tebal di atas. Saya menuliskannya di sini bukan karena saya memperbolehkan atau setuju-setuju saja dengan kondisi orang yang berhijab tetapi masih belum mencerminkan akhlak yang baik (dalam hal ini contohnya adalah masih menggunakan kata-kata dan perlakuan yang kasar). Tapi saya cuma ingin membagi sekiranya siapa tahu, ada beberapa di antara kita yang sebenarnya sedang berjuang untuk memperbaiki diri. Iya, siapa tahu aja dia memang sedang berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Makanya, saya membagi cuplikan ini agar kita semua tidak langsung men-judge seseorang. Sekaligus biar kita lebih mengutamakan berkhusnudzon daripada langsung bersuudzon, dan (berusaha) menghargai proses seseorang... :)


#WeArePharmacists Episode XX (Lupa)